Aspek Geografi dan
Demografi
Aspek Geografi
1. Karakteristik Wilayah
Kota
Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung yang memiliki luas wilayah
daratan seluas ±19.722 Ha (197,22 Km2), dengan panjang garis
pantai sepanjang 27,01 Km, dan perairan kurang lebih seluas ±39,82 Km2 yang terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau
Pasaran. Secara administratif Kota Bandar
Lampung terdiri dari 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan. Berikut adalah data yang
menunjukkan nama
kecamatan dan luas wilayah administrasi di Kota Bandar Lampung:
Tabel Wilayah
Administrasi Kota Bandar Lampung
No.
|
Nama
Kecamatan
|
Luas
Wilayah (Ha)
|
1
|
Kedaton
|
457
|
2
|
Sukarame
|
1.475
|
3
|
Tanjung Karang Barat
|
1.064
|
4
|
Panjang
|
1.415
|
5
|
Tanjung Karang Timur
|
269
|
6
|
Tanjung Karang Pusat
|
405
|
7
|
Teluk Betung Selatan
|
402
|
8
|
Teluk Betung Barat
|
1.102
|
9
|
Teluk Betung Utara
|
425
|
10
|
Rajabasa
|
636
|
11
|
Tanjung Senang
|
1.780
|
12
|
Sukabumi
|
2.821
|
13
|
Kemiling
|
2.505
|
14
|
Labuhan Ratu
|
864
|
15
|
Way Halim
|
535
|
16
|
Langkapura
|
736
|
17
|
Enggal
|
349
|
18
|
Kedamaian
|
875
|
19
|
Teluk Betung Timur
|
1.142
|
20
|
Bumi Waras
|
465
|
Jumlah
|
19.722
|
Sumber: Perda Nomor 12 Tahun 2012
Secara administratif Kota Bandar Lampung berbatasan
langsung dengan beberapa wilayah Kabupaten yang ada di Provinsi
Lampung, antara lain:
a.
Kecamatan Natar (Kabupaten Lampung
Selatan) di sebelah Utara.\
b. Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten
Pesawaran) dan Katibung (Kabupaten Lampung Selatan) serta Teluk Lampung di
sebelah Selatan.
c.
Kecamatan Gedong Tataan dan
Kecamatan Padang Cermin (Kabupaten Pesawaran) di sebelah Barat.
d.
Kecamatan Tanjung Bintang (Kabupaten
Lampung Selatan) di sebelah Timur.
2. Letak dan Kondisi Geografis
a. Posisi Astronomis
Secara astronomis Kota Bandar Lampung
terletak pada 5020’ sampai 5030’ Lintang Selatan dan 105028’
sampai dengan 105037’ Bujur Timur.
b. Posisi Geostrategis
Kota Bandar Lampung memiliki andil yang
sangat vital dalam jalur transportasi darat dan aktivitas distribusi
logistik dari Pulau Jawa menuju Pulau Sumatera maupun sebaliknya, serta
memiliki Pelabuhan Panjang untuk kegiatan ekspor dan impor, dan Pelabuhan
Srengsem yang melayani distribusi batubara dari Pulau Sumatera ke Pulau
Jawa, sehingga secara langsung Kota Bandar Lampung berkontribusi dalam
mendukung pergerakan ekonomi nasional.
Kota Bandar Lampung berpotensi untuk menjadi Kota
Metropolis. Seiring
dengan program pada tahun
2015, dimana Kota Bandar Lampung dan Kota Metro merupakan kawasan yang dipetakan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera) berpotensi
sebagai Area
Metropolitan, terkhusus yang dalam cetak biru Wilayah Pengembangan
Strategis Merak-Bakauheni-Bandar Lampung-Palembang Tanjung Api Api. Keunggulan Kota
Metropolis ini adalah sebagai menjadi pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan dan
jasa, industri, pariwisata serta pendidikan. Dengan posisi penting
tersebut, Kota Bandar Lampung harus lebih unggul dan maju dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di Provinsi Lampung.
Pembangunan jalur Tol Laut
akan berperan dalam kemudahan akses jalur laut yang menghubungakan Pulau
Sumatra, Pulau Jawa, dan pulau-pulau lainnya. Tol Laut bakal memunculkan
pusat-pusat pertumbuhan baru sebagai sebuah multiplier effect termasuk Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung
sebagai salah satu pusat jaringan pergerakan nasional melengkapinya dengan
pembangunan Pelabuhan Panjang yang diarahkan sebagai pelabuhan ekspor-impor dan antar-pulau. Kondisi fisik
perairan pelabuhan memungkinkan pengembangan sebagai gerbang internasional.
Pembangunan
jalur tol trans Sumatra, jaringan jalan arteri primer,
dan jalur Kereta Api trans Sumatra yang terintegrasi dengan
wilayah Kota Bandar Lampung akan sangat berperan dalam yang menghubungakan
Pulau Sumatra dan Pulau Jawa, dan
pulau-pulau lain melalui
jalur darat. Jalan tol Trans Sumatra dibangun di Timur Bandar
Lampung ke arah Palembang sebagai kelanjutan jalur Jawa – Sumatera. Arteri
primer sebagai bagian Trans Sumatera dilengkapi jalur Lintas
Barat dan Lintas Timur ke Provinsi Bengkulu dan ke Sumatera Selatan. Gagasan
pembangunan jalur Kereta Api Trans Sumatera hingga Sumatera
Utara akan berada pada sisi pantai Timur.
Kota Bandar Lampung memiliki berbagai fasilitas dan
tempat yang lengkap yang terbagi atas pusat pemerintahan, pusat perdagangan,
pusat wisata dan pusat pendidikan. Aspek strategis lainnya adalah memiliki pantai yang
indah yang berpotensi sebagai tempat wisata maupun Kota Pesisir yang dikenal
dengan “Bandar Lampung Kota Marina”. Kota Bandar Lampung
memiliki luas area pesisir sebesar 0,05% yang merupakan “asset” yang harus
dioptimalkan.
c. Kondisi Kawasan
Secara
umum, Kawasan
Kota Bandar Lampung merupakan wilayah perkotaan padat penduduk yang terdiri
atas daratan dan perairan (lautan) dengan beberapa dataran tinggi dan
pegunungan yang terbentang di wilayah Kota Bandar Lampung. Secara letak posisi
Kota Bandar Lampung dikelilingi oleh beberapa Kabupaten/Kota yang ada di
Provinsi Lampung.
d. Topografi
Kondisi
topografi
Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan
perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500
meter, dengan topografi perbukitan hinggga
bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada
Gunung Betung di sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu
Serampok di sebelah Timur. Kondisi Topografi tiap-tiap wilayah yang ada di
Kota Bandar Lampung dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Wilayah pantai terdapat di sekitar Teluk
Betung dan Panjang dan pulau di Bagian Selatan
b) Wilayah landai/dataran terdapat di sekitar
Kedaton dan Sukarame di Bagian Utara
c)
Wilayah
perbukitan terdapat di sekitar Teluk Betung Bagian Utara
d) Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung
terdapat di sekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung,
Sukadanaham, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di Bagian Timur.
e. Geologi Lingkungan
Peta Geologi Lembar Tanjung Karang (Andimangga dkk,
1993), menunjukan kondisi geologi di Kota Bandar Lampung, dimana di dalamnya
terlihat jelas beberapa patahan yang melintasi Kota Bandar Lampung. Patahan–patahan tersebut
cenderung merupakan patahan berpotensi aktif, tempat tertimbunnya energi
kinetis yang setiap saat terlepas yang akan menimbulkan goncangan gempa dan
merupakan suatu ancaman terhadap Kota Bandar Lampung. Kondisi tanah yang
mendominasi merupakan tanah bekas endapan pantai dan sungai yang tersebar
di sekitar Teluk Lampung dan di sekitar Tanjung Karang didominasi oleh
tanah lapukan hasil kegiatan gunung api muda dari Formasi Lampung yang umumnya
batuan tuffa. Sementara di tengah-tengah Kota Bandar Lampung muncul bukit bukit
mencuat dari tufa dan andesit.
f. Hidrologi
Secara hidrologi Kota
Bandar Lampung mempunyai 2 sungai besar yaitu Way Kuripan dan Way Kuala, dan 23
sungai-sungai kecil. Semua sungai tersebut merupakan DAS (Daerah Aliran Sungai)
yang berada di wilayah Kota
Bandar Lampung dan sebagian besar bermuara di Teluk Lampung. Berdasarkan akuifer yang
dimilikinya, kondisi air tanah di Kota Bandar Lampung dapat dibagi dalam
beberapa bagian berdasarkan porositas dan permaebilitasnya yaitu:
1) Akuifer dengan produktifitas sedang, berada
di kawasan pesisir Kota Bandar Lampung, yaitu di Kecamatan Panjang, Bumi Waras, Teluk Betung Selatan, dan Teluk Betung Barat dan Teluk Betung
Timur.
2) Air tanah dengan akuifer produktif, berada di
Kecamatan Kedaton, Tanjung Senang, Kedaton, bagian selatan Kemiling, Bagian
Selatan Tanjung Karang Barat, dan sebagian kecil wilayah Sukabumi.
3) Akuifer dengan produktifitas sedang dan penyebaran luas,
berada di Bagian Utara Kecamatan Kemiling, bagian utara Tanjung Karang Barat,
Tanjung Karang Pusat, Teluk Betung Utara, dan sebagian kecil Kecamatan Tanjung
Karang Timur.
4) Akuifer dengan produktifitas tinggi dan
penyebaran luas, berada di sebagian besar Kecamatan Rajabasa dan Tanjung Karang
Timur.
5) Akuifer dengan produktifitas rendah, berada
di bagian utara Kecamatan Panjang, Tanjung Karang Timur, dan Bagian Barat Teluk
Betung Selatan.
6) Air tanah langka, berada di Kecamatan
Panjang.
g. Iklim
Menurut Schmidt dan Fergusson (1951), klasifikasi iklim di Kota Bandar Lampung adalah Kategori tipe A; sedangkan menurut zone
agroklimat Oldeman (1978), tergolong Zone D3, yang berarti lembab
sepanjang tahun. Curah hujan berkisar antara 2.257–2.454 mm/tahun. Jumlah
hari hujan 76-166 hari/tahun. Kelembaban udara berkisar 60-85 persen, dan suhu
udara 23-37 °C. Kecepatan angin berkisar 2,78-3,80 knot dengan arah
dominan dari Barat (November-Januari), Utara (Maret-Mei), Timur (Juni-Agustus),
dan Selatan (September-Oktober). Berikut adalah data kondisi iklim di Kota Bandar
Lampung:
Tabel Kondisi Iklim Kota Bandar Lampung
Bulan
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
Apr
|
Mei
|
Jun
|
Jul
|
Agt
|
Sep
|
Okt
|
Nov
|
Des
|
Tahun
|
Rata-rata tertinggi °C (°F)
|
29
(-84)
|
30
(-86)
|
31
(-88)
|
31
(-88)
|
31
(-88)
|
31
(-88)
|
30
(-86)
|
30
(-86)
|
30
(-86)
|
31
(-88)
|
31
(-88)
|
30
(-86)
|
30
(-86)
|
Rata-rata terendah °C (°F)
|
22
(-72)
|
21
(-70)
|
22
(-72)
|
22
(-72)
|
21
(-70)
|
21
(-70)
|
21
(-70)
|
21
(-70)
|
21
(-70)
|
21
(-70)
|
22
(-72)
|
22
(-72)
|
21
(-70)
|
285
|
319
|
301
|
171
|
128
|
122
|
89
|
64
|
82
|
144
|
111
|
304
|
2.119
|
|
11.22
|
12.56
|
11.85
|
6.73
|
5.04
|
4.8
|
3.5
|
2.52
|
3.23
|
5.67
|
4.37
|
11.97
|
-83,43
|
h. Curah dan Hari Hujan
Pada tahun 2014 jumlah curah hujan tertinggi di Kota Bandar Lampung terjadi pada Bulan
Desember, yaitu 250,6 mm, sedangkan yang terendah terjadi pada bulan Januari
yaitu hanya 3 mm. Berdasarkan data tersebut, dalam kurun waktu 5 (lima) tahun
terakhir, curah hujan rata-rata tertinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu
mencapai 250,6 mm. Tingginya rata-rata curah hujan pada tahun 2014 berimplikasi
pada meningkatnya volume air sungai sehingga pada akhir tahun 2014 terjadi
banjir cukup besar di Kota Bandar Lampung. Berdasarkan rerata curah hujan
mengindikasikan bahwa bulan basah di Kota Bandar Lampung terjadi hampir
sepanjang tahun.
i. Temperatur
Kota Bandar Lampung termasuk beriklim tropis basah yang
mendapat pengaruh dari angin musim (Monsoon Asia). Data Badan
Metereologi Klimatologi dan Geofisika Provinsi Lampung menunjukan temperatur
Kota Bandar Lampung dalam kurun waktu lima tahun terakhir berada pada kisaran
250C – 280C dengan suhu rata-rata per tahun 26,30C.
Temperatur udara di Kota Bandar Lampung sepanjang tahun relatif stabil dan
tidak pernah menunjukan perubahan yang ekstrim. Hal tersebut mengindikasikan
bahwa kualitas lingkungan masih cukup baik.
j. Kelembaban Udara
Kelembaban udara Kota Bandar Lampung antara tahun
2004–2008 rata-rata berkisar antara 74–85 persen dengan kelembapan rata-rata
78,4 persen pertahunnya. Kondisi tersebut menunjukan Kota Bandar Lampung
memiliki kelembaban relatif tinggi. Bulan Oktober hingga Bulan Januari
kelembaban udara berada diatas kelembaban rata-rata.
k. HidroOceanografi
Kondisi hidrooceanografi Teluk Lampung yang
termasuk dalam wilayah pesisir Kota Bandar Lampung digambarkan dalam uraian
mengenai bathimetri, pasang surut (pasut), arus, gelombang, sedimen dan
material dasar laut, dan kualitas air.
v Bathimetri
Kota Bandar Lampung terletak pada pangkal teluk, dan
bagian mulut teluk (arah Selatan-Tenggara) berhadapan langsung dengan Selat
Sunda yang merupakan perairan penghubung antara Laut Jawa di sebelah Utara dan
Samudera Hindia di Selatan. Dasar laut disisi Timur teluk lebih curam daripada
sisi Utara dan Barat atau pangkal teluk. Dasar laut terdalam di wilayah Teluk
Lampung hanya sekitar -27,49 m, dan hanya berlokasi di batas arah Selatan
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung.
v Pasang Surut Laut (Pasut)
Tipe pasang
surut di
wilayah pesisir Kota Bandar Lampung adalah campuran dominasi harian ganda (mix
semi diurnal) dengan nilai bilangan Formzhal sekitar 0,45 (PT. TELPP, 1999;
PT. Pelindo II, 2001a). Pasut tipe ini bercirikan dua kali air naik dan dua
kali turun dalam satu hari lunar (24 jam 50 menit) namun ketinggian muka air
pada saat dua kali naik atau dua kali turun tersebut tidak sama.
Tunggang pasut (tidal range) atau beda tinggi antara muka air tertinggi
dan terendah berkisar antara 123–143 cm (Dinas Tata Kota Bandar Lampung, 2001;
Pelindo II, 2001a).
v Arus
Arus di wilayah pesisir Kota Bandar Lampung terdiri dari
arus pasut (tidal current) yang dibangkitkan oleh pasut dan arus non
pasut yang utamanya dibangkitkan oleh angin (wind drive current).
Dominasi yang ada merupakan arus pasut dengan kecepatan maksimum berkisar
0,12–0,40 knot sedangkan arus non pasut hanya berkisar 0,04–0,12
knot. Mengacu pada hasil kajian yang tercantum dalam Atlas Sumberdaya Wilayah
Pesisir Lampung (1999), iklim di perairan pesisir, terutama Pantai Barat
Lampung dipengaruhi oleh Samudera Hindia yang dicirikan adanya angin muson dan
curah hujan tinggi, sekitar 2500–3000 mm/tahun (Titik Kalianda, 1991).
v Gelombang
Pergerakan gelombang dominan yang Rencana Zonasi Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Kota Bandar Lampung 39 terjadi adalah dari arah
Tenggara dan Selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48
persen dan 31,83 persen. Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah
>50 cm dengan persentase kejadian sebesar 58,59 persen.
v Sedimen dan Material Dasar Laut
Wilayah pantai Kecamatan Teluk Betung Barat dan Teluk
Betung Selatan, serta Kecamatan Panjang bagian Utara merupakan muara dari
sungai-sungai utama di Kota Bandar Lampung. Pada wilayah tersebut dominan
terjadi pergerakan sedimen yang berasal dari sungai dan kemudian terendapkan di
dasar laut, bahkan pada muara sungai Way Kuripan telah terbentuk tanah
timbul cukup luas. Wilayah Kecamatan Panjang
Bagian Selatan, pergerakan sedimen yang terjadi lebih dominan berasal dari laut
berupa pecahan koral dan pasir, kecuali pada Muara Sungai Way Galih Panjang
lebih didominasi oleh material yang berasal dari sungai. Karakteristik sedimen
tersebut, mempengaruhi bentukan material dasar laut di Wilayah Pesisir Kota
Bandar Lampung. Material dasar laut di wilayah Kecamatan Teluk Betung Barat, Teluk
Betung Selatan, Panjang bagian Utara, dan Muara Sungai Way Galih Panjang adalah
lempung, lanau, pasir, dan pecahan koral. Sedangkan material dasar laut di
wilayah Kecamatan Panjang bagian Selatan kecuali Muara Sungai Way Galih
Panjang, adalah pasir, kerikil, kerakal, bongkah, batuan dasar, dan pecahan
koral (PT. TELPP, 1999; PT. Pelindo II, 2000, 2001a, dan 2001b; Dinas Tata Kota
Bandar Lampung, 2001, Maryam, 2002).
l. Tanah
Kondisi tanah di Kota Bandar Lampung terdiri dari endapan
bekas pantai dan endapan bekas rawa dan sungai terdiri yang meliputi
tanah lempung lembek, tanah lempung bercampur pasir, semakin ke Barat Daya
semakin tebal, seperti di sekitar Pelabuhan Panjang dan Tarahan. Dari potongan
melintang bor dangkal (Sumber Seksi Inventarisasi- Subdit Geologi Teknik –
Direktorat dan Daerah Pertambangan) terlihat bahwa semakin ke Barat Laut
kedalaman lapisan pasir semakin mendominasi. Kota Bandar Lampung dan sekitarnya
kedalaman muka air tanah sangat dangkal sekitar 1,5 meter dan ke arah Utara
semakin dalam dari 5 meter sampai >10 meter (Sub-Direktorat
Hidro-Geologi, Dit. GTL, 1984). Berdasarkan keterdapatan lapisan pasir, dan
muka air tanah yang cukup dangkal, maka di daerah–daerah tersebut sangat
berpotensi terjadi peristiwa pelulukan/likuifaksi, seperti di daerah Teluk
Betung Selatan, dan Utara. Kota Bandar Lampung secara eksisting juga dilewati
oleh patahan dan sesar aktif.
m. Tutupan Lahan
Tutupan lahan di Kota
Bandar Lampung secara eksisting sampai saat ini secara
garis besar terdiri dari kawasan lindung dan kawasan budidaya.
Kegiatan reklamasi pantai di Kota Bandar Lampung secara eksisting juga telah
menambah luas daratan Kota Bandar Lampung, jika pada tahun 2003 luas Kota
Bandar Lampung hanya 19.218 Ha, maka saat ini akibat adanya kegiatan tersebut
luas Kota Bandar Lampung sudah berjumlah 19.722 Ha. Secara umum jumlah lahan
terbangun sampai saat ini telah berjumlah ±8.851,07 Ha atau sekitar 48,66
persen dari seluruh luas Kota Bandar Lampung, sedangkan lahan yang belum
terbangun saat ini memiliki luas sekitar ±10.870,9 Ha atau sekitar 55 persen.
RTH
yang merupakan hutan meliputi wilayah sekitar Kecamatan Kemiling tepatnya di
sekitar kaki Gunung Betung Register 19, kawasan Suaka Alam Tahura WAR Batu Putu
seluas 328,40 Ha dan di Kawasan Register 17 Batu Serampok di Kecamatan Panjang
seluas 113,580 Ha. Sedangkan kawasan budidaya banyak didominasi oleh
lahan permukiman yang tersebar hampir di seluruh bagian wilayah kota. Selain
itu terlihat juga lahan yang telah dimanfaatkan sebagai kawasan industri yang
banyak tersebar di wilayah Kecamatan Panjang dan Kecamatan Teluk Betung
Selatan.
Berdasarkan
data yang diperoleh dari BPPLH Kota Bandar Lampung menunjukkan bahwa Luas areal
terluas adalah luas lahan non pertanian. Hal ini berarti Kota
Bandar Lampung telah menjadi Kota Metropolitan yang ditunjukkan dengan luas
lahan pertanian yang semakin berkurang dan luas lahan non pertanian yang
cenderung meningkat.
3. Penggunaan Lahan
a. Kawasan Lindung
Luas
kawasan lindung yang ada di Kota Bandar Lampung terbagi ke dalam beberapa
kawasan yaitu Kawasan hutan lindung seluas ± 113,58
Ha, Kawasan resapan air seluas ±1.664,36 Ha, Sempadan pantai
seluas ±127,67 Ha, Ruang Terbuka Hijau** seluas ± 149,72 Ha, Kawasan
sempadan rel seluas ± 10,93 Ha, dan Kawasan Tahura seluas ± 328,4 Ha.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan
budidaya merupakan kawasan terbangun yang terdiri dari kawasan industri,
pariwisata, pelabuhan, pelayanan umum, pertambangan, perdagangan, pemukiman,
adapun prosentase pembagian kawasan dapat dilihat pada diagram berikut ini:
c. Proporsi penggunaan lahan
Berikut adalah data yang
menunjukkan Proporsi penggunaan
lahan yang ada di Kota Bandar Lampung Tahun 2011-2015:
Tabel Proporsi Penggunaan lahan Tahun 2011-2015
Tahun
|
Luas
Penggunaan Lahan (Hektar)
|
|||||
Pemukiman
|
Perusahaan
|
Industri
|
Jasa
|
Areal
Lainnya
|
Tanah
Kosong
|
|
2011
|
6.335,19
|
312,76
|
488,93
|
441,41
|
1.150,64
|
19,72
|
2012
|
6.640,58
|
333,92
|
560,19
|
498,25
|
1.136,23
|
51,13
|
2013
|
9.771,98
|
350,66
|
612,45
|
793,53
|
947,24
|
155,98
|
2014
|
10.079,40
|
390,80
|
652,20
|
802,10
|
950,35
|
91,41
|
2015
|
11.797,80
|
409,75
|
713,96
|
978,16
|
848,65
|
90,54
|
Sumber:
Badan Pusat Statistik, 2016
Hal tersebut menunjukkan
peningkatan areal untuk perkampungan atau pemukiman dalam beberapa tahun
terakhir. Hal ini terjadi sebagai dampak alami ketika jumlah penduduk
meningkat. Hal yang perlu dibenahi adalah bagaimana mengatur perijinan tata
ruang.
Untuk luas areal perusahaan menunjukkan
terjadi peningkatan areal lahan untuk perusahaan dibandingkan Tahun sebelumnya.
Hal ini terjadi sebagai dampak positif dari munculnya badan usaha baru yang
berinvestasi.
Untuk areal industri menunjukkan
peningkatan jumlah areal industri dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut
sebagai dampak meningkatnya investasi sektor industri di Kota Bandar Lampung.
Untuk luas areal jasa menunjukkan
peningkatan luas areal yang digunakan untuk sektor jasa. Hal tersebut sebagai
akibat tumbuhnya sektor industri jasa di Kota Bandar Lampung.
Untuk areal jasa lainnya menunjukkan terjadinya
penurunan areal yang digunakan untuk areal lainnya. Hal tersebut terjadi
dikarenakan areal digunakan untuk penggunaan untuk sektor lainnya yang lebih
produktif seperti untuk industri pabrik dan perusahaan sektor jasa.
Untuk luas areal lahan tidak digunakan menunjukkan area tanah
kosong mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Hal ini terjadi karena tanah
kosong yang sebelumnya kurang produktif telah digunakan untuk sektor yang lebih
produktif seperti sektor industri, jasa, dan pemukiman.
4. Potensi
Pengembangan Wilayah
a. Kota yang Prospektif
Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk
berkembang menjadi Kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan
internasional. Potensi Kota Bandar Lampung yang mendukung antara lain adalah:
1)
Lokasi geografis yang sangat
strategis
2) Kedudukan yang dituju dalam
kebijaksanaan tingkat nasional dan regional
3) Pemandangan alam yang indah yang
dapat dimanfaatkan untuk menarik wisatawan
4)
Keanekaragaman suku bangsa (multi
ethnic), dan
5)
Dukungan wilayah sekitarnya (Hinterland)
yang menunjang pertumbuhan dan perkembangan Kota Bandar Lampung.
Sektor yang tengah difokuskan oleh Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah
pariwisata, baik dalam rangka menunjang pembangunan pariwisata di Sumatera
bagian Selatan maupun mendayagunakan potensi keindahan alam Kota Bandar Lampung.
Pengembangan obyek wisata pantai dan laut serta perbukitan dalam Kota Bandar
Lampung menciptakan daya tarik bagi wisatawan mancanegara maupun nusantara.
Kelengkapan yang dapat dipersiapkan oleh Kota Bandar Lampung adalah penyediaan
prasarana dan jasa pariwisata seperti perhotelan, restoran, agen perjalanan,
perbankan, dan infrastruktur pendukung lain.
Berbagai peluang perkembangan yang prospektif juga
membawa prasyarat agar kehidupan Kota yang diharapkan dapat tercapai. Pertama
adalah restrukturisasi trend perkembangan fisik dan kedua
adalah penciptaan iklim yang kondusif bagi perkembangan Kota Bandar
Lampung. Selain prasarana dan sarana pendukung kegiatan ekonomi; penyiapan
kebijaksanaan, peraturan, dan program pembangunan menuju pemantapan Kota Bandar Lampung dalam
memanfaatkan peluang ekonomi yang ada; dan perlu disiapkan pula sumber daya
manusia yang menunjang.
b. Lokasi
yang Strategis
Kota Bandar Lampung menempati posisi geografis yang
sangat strategis, baik dalam konstelasi internasional, nasional, maupun
regional. Posisinya terhadap Singapura dan Jakarta merupakan potensi bagi
pengambilan peran dalam kerjasama ekonomi regional IMS-AFTA. Aspek yang menjadikan Kota Bandar Lampung
Strategis adalah:
1) Aspek Ekonomi
a) Kawasan
Perdagangan Jasa Pusat Kota
- Merupakan kawasan pusat
perdagangan dan jasa
- Munculnya aktivitas
informal yang kecenderungannya cukup signifikan
- Aktifitas campuran
komersial dengan rumah tinggal (Ruko), permukiman
- Menjadi kawasan
perdagangan (super blok perdagangan dan jasa) Jl. R.A
Kartini – Jl Radin Intan – Jl Ahmad Yani berikut beberapa
kawasan yang berada di sekitarnya.
- Mengintensifkan promosi
peluang investasi dan menjadikan kawasan sarana penunjang kegiatan ekonomi.
2) Aspek SDA dan
Teknologi
a. Kawasan
Pendidikan Tinggi dan munculnya aktivitas pendidikan tinggi di sepanjang Jalan
ZA Pagar Alam (Kedaton, Gedong Meneng, Rajabasa) dan sekitarnya (fungsi sosial
budaya) dan wilayah Sukarame. Aktivitas ini juga mendorong pertumbuhan
kegiatan perdagangan pada sekitar jalan ini yang cenderung tidak tertata dan
terkendali. Selain itu, akibat aktivitas pendidikan tinggi tersebut,
muncul klaster-klaster rumah sewa
(kost–kostan). Aktivitas perekonomian pada kawasan ini menjadi cukup
dinamis. Perlu adanya upaya penataan dan pengendalian sehingga kawasan ini
tumbuh menjadi kawasan pendidikan tinggi yang terpadu.
b. Kawasan Kota Marina
Fokus
Kota Bandar Lampung Kota Marina adalah revitalisasi dan penataan kawasan
pantai yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan
ekosistem dan kelestarian lingkungan hidup dan meningkatkan estetika kota. Mengembangkan pusat pertumbuhan
berbasis potensi sumber daya alam dan kegiatan pariwisata sebagai penggerak
utama pengembangan wilayah. Menjadikan kawasan yang
memiliki nilai ekonomis dan Aktifitas campuran
komersial dengan sarana fasilitas wisata dan pelestarian lingkungan hidup.
3) Aspek Lingkungan Hidup
Kawasan Taman Hutan Rakyat (TAHURA) Wan Abdurahman (Reg 19),
Kawasan Batu Putu, dan Sukadanaham. Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
lindung. Kawasan ini merupakan daerah
tangkapan air serta hulu beberapa sungai besar di Kota Bandar Lampung. Menjaga kelestarian air permukaan
sebagai alternatif utama dalam pemenuhan sumber air baku Kota Bandar Lampung. Wilayah ini hanya 30% berada pada
administrasi Kota Bandar Lampung (sisanya
Kabupaten Pesawaran).
Tujuan adanya kawasan ini adalah pengembangan wisata alam (ekowisata), menjadikan kawasan lindung yang
memiliki nilai ekonomis,
selain itu Kawasan Batu Putu harus dikendalikan untuk kegiatan
budidaya.
4) Aspek Sosial Budaya
Kawasan
bersejarah Situs budaya di wilayah Kedamaian merupakan kawasan cagar
budaya yang harus dilindungi dan dilestarikan. Hal ini dimaksudkan untuk
melindungi kekayaan budaya berupa peninggalan sejarah dari ancaman kepunahan
yang disebabkan kegiatan alam maupun manusia. Rencana penanganan situs budaya
wilayah Kedamaian adalah: Rencana Pemeliharaan dan pelestarian situs
budaya, Revitalisasi situs budaya, Pengembangan sistem kepariwisataan
khususnya wisata budaya, Mengembangkan ilmu
pengetahuan dan Teknologi, dan Menjaga kelestarian
keberlanjutan lingkungan hidup.
c. Potensi Alam
Selain memiliki wilayah yang cukup luas, Kota Bandar
Lampung juga memiliki potensi alam yang indah, terutama laut dan
perbukitannya. Kekhasan morfologinya mulai dari pegunungan, perbukitan,
daratan, hingga pantai yang terletak di bagian dalam Teluk Lampung, menjadikan
Kota Bandar Lampung sangat potensial untuk dikunjungi wisatawan. Citra
endogenik “Laut dan Gunung” tersebut
merupakan potensi keindahan dan daya tarik alam di Kota Bandar Lampung.
Pantai yang berada di wilayah Kota Bandar Lampung
memiliki pemandangan yang mempesona. Pantai ini memiliki keistimewaan
tersendiri yaitu terletak di suatu teluk yang nyaman, dengan keindahan panorama
laut dan beberapa gugusan pulau kecil di tengah teluk, yang potensial
dikembangkan untuk wisata rekreasi bahari. Hal ini juga ditunjang oleh letaknya
yang tidak jauh dari pusat kota. Fisiografi marin tersebut memanjang dari
Tarahan, Panjang, Way Lunik, Teluk Betung. Pesawahan, sampai ke arah Lempasing.
Keindahan pantai dan Teluk Lampung ini menjadi modal utama bagi Kota Bandar Lampung untuk
mengembangkan diri sebagai Kota Pantai (Kota Marina).
Perbukitan yang terletak di Pusat Kota dan bagian kota
lainnya, juga merupakan potensi alam yang secara khas dimiliki oleh Kota Bandar Lampung. Selain
berfungsi lindung bagi pelestarian tata air dan konservasi tanah, perbukitan
dengan tanaman hijaunya akan berfungsi pula sebagai paru-paru Kota. Pemanfaatan
yang terbatas dapat diselaraskan dengan pengembangan Wisata Hutan Raya.
d. Keanekaragaman Suku Bangsa
Salah satu ciri khas Kota Bandar Lampung adalah
keanekaragaman suku bangsanya. Sejak dimulainya program transmigrasi dari Pulau
Jawa ke Pulau Sumatera khususnya ke Provinsi Lampung, penduduk Provinsi
Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa. Dengan keanekaragaman suku
bangsa, Provinsi Lampung dikenal sebagai negeri “Ruwa Jurai” (dua unsur) karena
dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Keanekaragaman suku bangsa ini harus
dipandang sebagai potensi atau kekuatan untuk membangun Kota Bandar Lampung,
dalam arti Kota Bandar Lampung menjadi semakin mudah beradaptasi dan menerima
pendatang baru, sehingga juga terbuka menerima pengaruh pembangunan wilayahnya.
e. Dukungan Wilayah Belakang (Hinterland)
Kota Bandar Lampung didukung oleh Hinterland yang
merupakan wilayah penghasil perikanan, perkebunan, dan lokasi berbagai
industri. Dengan wilayah seluas 35.376,50 Km2, Provinsi Lampung
dijuluki wilayah unggulan, sentra pertumbuhan industri baru dan pintu gerbang
lintas Pulau Jawa-Pulau Sumatera. Provinsi Lampung tumbuh menjadi wilayah
penyangga bagi kegiatan pertanian dan industri pengolah hasil pertanian.
f. Pusat Pertumbuhan
Sebagai pusat kegiatan Provinsi Lampung, sekitar 12,4 persen penduduk
Provinsi Lampung berada di Kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan
bagi wilayah yang lebih luas disediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di
bidang pemerintahan, niaga, jasa keuangan, pendidikan, dan
sebagainya. Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh
rencana peningkatan aksesibilitas dari dan ke Kota Bandar Lampung. Kota Bandar Lampung siap
berfungsi sebagai transhipment point dari berbagai moda
angkutan.
g. Pusat Koleksi dan Distribusi
Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah
Provinsi Lampung maupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Kota Bandar
Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang
dihasilkan oleh wilayah belakangnya. Fungsi sebagai pusat koleksi dan
distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh Sumatera Bagian Selatan dilangsungkan oleh
rencana pengembangan jaringan jalan tol dan kereta api, jaringan jalan Trans
Sumatera, serta pengembangan Pelabuhan Panjang. Kelengkapan fasilitas yang
tersedia di Kota Bandar Lampung juga mendukungnya sebagai pusat koleksi dan
distribusi barang dan jasa pada berbagai skala pelayanan.
h. Aksesbilitas yang Semakin Baik
Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan
memperoleh pengaruh yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui peningkatan
investasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Kota Bandar Lampung menjadi
salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta, Banten dan Jawa Barat. Rencana dan ketersediaan
sarana-prasarana pendukung aksesbilitas seperti jalan, terminal, pelabuhan
menjadi akses pendukung pembangunan perekonomian khususnya di Kota Bandar
Lampung.
i. Pengembangan Transhipment Point
Peran Kota Bandar Lampung sebagai pusat koleksi
dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah
diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan
antar Negara, terutama dalam konteks region Sumatera bagian Selatan. Peranan
yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi
dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera Bagian Selatan. Pilihan ini
mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas dua
kawasan ekonomi penting yaitu Sijori (Singapura-Johor-Riau) dan pusat pasar
nasional Jakarta dan Jawa Barat bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama
ekonomi regional IMS-GT.
j. Wilayah Rawan Bencana
Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Lampung 2009-2029 dan studi mitigasi bencana Kota Bandar Lampung tahun 2009, wilayah Kota
Bandar Lampung saat ini memiliki beberapa kawasan yang diidentifikasi sebagai
kawasan rawaan bencana, seperti gempa bumi, tanah longsor dan banjir. Perlindungan terhadap
kawasan rawan bencana dilakukan untuk melindungi manusia dan kegiatannya dari
bencana yang disebabkan oleh alam maupun secara langsung tidak langsung oleh
perbuatan manusia. Arahan pemanfaatan
dan pengelolaan ruang kawasan bencana alam dilaksanakan melalui :
1) Pengurangan dampak bencana melalui penentuan lokasi dan
jalur evakuasi dari permukiman penduduk dan pusat kegiatan perkotaan;
2)
Penyediaan ruang evakuasi bencana;
3)
Pembatasan pengembangan prasarana dan sarana umum di
kawasan rawan bencana longsor, dan tsunami;
4)
Penerapan bangunan
berbasis mitigasi bencana, dan struktur bangunan tahan gempa;
5) Menyesuaikan bangunan
gedung publik sesuai peraturan keandalan bangunan gedung;
6)
Membangun tanggul pemecah ombak;
7)
Normalisasi dan revitalisasi kawasan sempadan sungai dan
pantai;
8)
Melakukan upaya adaptasi
bencana berdasarkan kearifan lokal;
9)
Pelarangan penggerusan dan
eksploitasi bukit dan gunung yang rawan.
a) Daerah Rawan Bencana Tanah Longsor
dan Gerakan Tanah
Secara
eksisting kawasan rawan tanah longsor di Kota Bandar lampung
terdapat di daerah yang kondisi tanahnya sangat miring sampai curam di wilayah
bagian Barat yaitu Kawasan Gunung Betung, Gunung
Balau serta Perbukitan Serampok di bagian Timur. Daerah rawan longsor
berada di 7 Kecamatan.
yaitu di Kecamatan Panjang (2), Bumi Waras (2), Teluk Betung Selatan (1), Teluk Betung Timur (2) , Tanjung Karang Timur (1), Sukabumi
(1) dan Kemiling (2).
b) Daerah Rawan Gelombang Pasang dan
Tsunami
Berdasarkan analisis tektonik kawasan rawan bencana
Tsunami di Kota Bandar Lampung terletak di bagian Utara Komplek Hunjaman Sunda
dan di Barat-Utara Gunung Krakatau yang berpotensi menimbulkan gelombang
tsunami. Berikut adalah sebaran
penduduk di kawasan rawan Tsunami:
Tabel Sebaran Penduduk di Kawasan Rawan
Tsunami Tahun 2015
No
|
Kelurahan
|
Luas (Ha)
|
Penduduk*
(Jiwa)
|
Kepadatan (Jiwa/Ha)
|
Kecamatan Teluk Betung Barat dan Kecamatan
Teluk Betung Timur
|
||||
1
|
Sukamaju
|
550
|
4402
|
8
|
2
|
Keteguhan
|
256
|
12022
|
47
|
3
|
Kota Karang
|
80
|
12025
|
150
|
4
|
Perwata
|
40
|
4.759
|
119
|
5
|
Kuripan
|
84
|
5.061
|
60
|
Kecamatan Teluk Betung Selatan dan Kecamatan
Bumi Waras
|
||||
6
|
Pesawahan
|
63
|
12.053
|
191
|
7
|
Kangkung
|
30
|
13.749
|
458
|
8
|
Bumi Waras
|
72
|
15.849
|
220
|
9
|
Sukaraja
|
79
|
11.626
|
147
|
10
|
Way Lunik
|
144
|
9.408
|
65
|
11
|
Ketapang
|
339
|
3.450
|
10
|
Kecamatan Panjang
|
||||
12
|
Srengsem
|
556
|
9.390
|
17
|
13
|
Panjang Selatan
|
106
|
13.443
|
127
|
14
|
Panjang Utara
|
122
|
14.053
|
115
|
15
|
Karang Maritim
|
105
|
10.160
|
97
|
Total
|
2.626
|
151.450
|
58
|
Sumber: BPS Kota Bandar Lampung dan Hasil Analisa, 2016
Kondisi eksisting
menunjukan beberapa kawasan di Teluk Betung Timur dan Bumi Waras berbatasan
langsung dengan Teluk Lampung dan memiliki topografi landai, yaitu wilayah
Kecamatan Teluk Betung Selatan, Teluk Betung Barat, dan Panjang dimana daerah
ini teridentifikasi sebagai kawasan terhadap rawan bencana gelombang tsunami.
Jumlah penduduk di kawasan rawan tsunami ini diperkirakan berjumlah 184.759
jiwa dengan kepadatan sekitar 70 jiwa/hektar.
c) Daerah Rawan Banjir
Menurut
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bandarlampung menyebutkan lokasi
rawan banjir itu antara lain Kelurahan Waylunik Panjang, Bakung Telukbetung
Barat, Garuntang Bumiwaras, Gunungmas dan Pesawahan di Telukbetung Selatan,
Pengajaran Telukbetung Utara, Kaliawi Tanjungkarang Pusat. Kemudian, Kelurahan
Pasir Gintung Tanjungkarang Pusat, Penengahan Kedaton, Way Halim Kecamatan Way
Halim, Way Dadi Sukarame, Tanjungseneng Kecamatan Tanjungseneng, Kalibalau
Kencana Kedamaian, Tanjungkarang Kecamatan Enggal, Rajabasa raya Kecamatan
Rajabasa, Kemiling Permai Kecamatan Kemiling dan Keteguhan Kecamatan
Telukbetung Timur.
d) Daerah Rawan Gempa Bumi
Kawasan
rawan gempa bumi teridentifikasi dan dikelompokan dalam 5 zona berdasarkan
potensi besaran gempa dengan skala VII MMI – IX MMI. Wilayah paling rawan
berada di Teluk Betung Selatan, Panjang, sebagian Teluk Betung Utara, Teluk
Betung Barat, dan Tanjung Karang Pusat. Sedangkan kawasan yang relatif aman
dengan potensi paling rendah ada di Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Kedaton, Kecamatan Sukarame, dan Kecamatan Tanjung Senang.
e) Daerah Rawan Angin
Puting Beliung
Perubahan iklim saat ini berpotensi cukup
besar memicu terjadinya angin kencang, yang perlu waspada adalah masyarakat
yang tinggal di pesisir pantai. Peristiwa angin putting beliung adalah kejadian
alam beberapa kawasan di Kota Bandar Lampung yang dilanda angin putting beliung
pada tahun 2013, sebanyak 23 bencana dan pada tahun 2014 naik menjadi 29
bencana. Bencana terbanyak terjadi di Kecamatan Bumi Waras (10), Sukabumi (8),
Panjang (7) Teluk Betung Selatan dan Teluk Betung Utara masing-masing (6). Sedangkan pada tahun
2015, Kota Bandar Lampung tidak terjadi bencana puting beliung.
Aspek Demografi
1. Jumlah Penduduk
Berikut
adalah data yang menunjukkan persebaran penduduk Kota Bandar
Lampung berdasarkan jenis kelamin
Tahun 2011-2015:
Tabel Penduduk
Dirinci menurut Jenis Kelamin Tahun 2011-2015
Tahun
|
Jumlah Penduduk (Jiwa)
|
|||
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
Sex
Ratio
|
|
2011
|
450802
|
440572
|
891
374
|
102
|
2012
|
456
620
|
446
265
|
902
885
|
102
|
2013
|
475
039
|
467
000
|
942
039
|
102
|
2014
|
493
411
|
485
876
|
979
087
|
102
|
2015
|
601.604
|
566.092
|
1.167.696
|
106
|
Sumber: Disdukcapil Kota Bandar Lampung, 2016
Jumlah
penduduk Kota Bandar Lampung pada Tahun 2015 adalah sebesar 1.167.698
jiwa, yang terdiri dari jumlah penduduk Laki-laki sebesar 601.604 jiwa, dan penduduk perempuan sebesar 566.092 jiwa, dengan sex ratio sebesar
106. Pada Tahun 2014, Penduduk Kota Bandar
Lampung berjumlah 979.087 jiwa dengan sex ratio 102,
yang berarti jumlah penduduk laki-laki lebih banyak daripada penduduk
perempuan. Terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2013 sebesar 942 039 jiwa.
Semoga memberikan kebermanfaatan
#kotabandarlampung #bandarlampung #lampung #creativecityforum #indonesia #profil
#kotabandarlampung #bandarlampung #lampung #creativecityforum #indonesia #profil
sip bang
ReplyDeletesip bang
ReplyDeletelanjutkan
ReplyDelete