MENCIPTAKAN TATANAN HIDUP SOSIAL


Foto Ilustrasi: Skuat Bem Ekonomi Unila 2011
Gagasan untuk menciptakan tatanan hidup sosial ini sebenarnya muncul atas dasar keprihatinan kami akan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Sudah sering kita dengar berbagai permasalahan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar kita. Lalu apa penyebabnya. Sering yang terjadi adalah karena permasalahan yang sebenarnya dengan mudah saja diselesaikan. Berdasarkan pandangan kami, permasalahan tersebut salah satu penyebabnya adalah system sosial kemasyarakatan kita yang kalau kita cermati terjadi kemunduran. Kemunduran berfikir, berkata, dan berprilaku. Perbaikan tatanan hidup kami rasa menjadi hal yang patut untuk dilaksanakan secara sistemik, massif dan terstruktur.

Hasil diskusi kami bersama kawan-kawan memunculkan beberapa pendapat terkait hal tersebut. Berikut kami munculkan beberapa permasalahan yang kami tangkap dari hasil diskusi kami:

1.   Generasi yang sekarang cenderung bersifat hedonis. Salah satu sikap hedonis adalah cenderung menyukai hal yang bersifat keduniawian seperti bersenang-senang, bersikap apatis dengan lingkungan sosial, individualis, dan terkelompok dalam strata sosial.

2.   Generasi yang sekarang adalah generasi dengan karakter yang tidak sehat. Karakter yang tidak sehat yang dimaksud dapat dicontohkan dengan praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme. Hal tersebut sudah membudaya. Bahkan untuk menghilangkan karakter tersebut, perlu dimusnahkan generasi ini paling tidak 5 generasi dari sekarang untuk menghilangkan karakter ini. Sungguh solusi yang miris ketika melihat kondisi yang sekarang ini.

3.   Kaum intelektual muda yang cenderung terbawa oleh moderenisasi teknologi. Coba tengok saja perilaku dari kaum intelektual muda yang cenderung kurang peka dengan permasalahan sosial. Kaum intelektual sekarang cenderung google paste. Dan kalo sedikit kasarnya, otaknya berpindah ke google. Ada ketergantungan yang menyebabkan ketika orang tersebut tidak mampu mengakses google, berhenti juga kinerja pemikirannya. Miris.

4.   Pudarnya budaya bangsa yang positif seperti gotong-royong, empati sosial. Masyarakat cenderung kurang peka terhadap lingkungan sekitar. Budaya saling membantu bagi yang berlebih memberi yang kurang juga memudar.

5.   Kurangnya kesadaran hukum. Kesadaran hukum adalah bagaimana masyarakat memahami hukum, berprilaku sesuai hukum, dan bertindak sesuai hukum. Sudah jelas mana yang bertentangan dengan hukum dan mana yang tidak. Idealnya, tidak perlu lah untuk melanggar hukum meskipun disitu tidak ada penegak hukum. Sebagai contoh, mari ikuti petunjuk lalu lintas, tidak usahlah menerobos lampu merah. Itu salah satu contoh kesadaran hukum. Kalau semua sadar, ini jalan yang positif menunju tatanan sosial yang kita harapkan.
6.   Masyakat kita ini ternyata cenderung masih terwarisi oleh budaya penjajah. Betapa tidak, konsep devide et imperal atau politik adu domba masih saja terjadi di masyarakat. Rasa nasionalisme itu cenderung pudar ketika berhadapan dengan egosentris. Masing masing merasa paling hebat. Pun, ketika ada yang memprovokasi, kenapa harus terprovokasi. Menyedihkan memang. Kita ini kan “bhineka tunggal ika”. Negara ini bukan berdiri dana tau untuk satu golongan saja. Ini negara kesatuan. Negara kesatuan Republik Indonesia.

7.   Jalannya pemerintahan sebagai perwakilan masyarakat pun dirasa belum menjalankan sebagaimana mestinya. Eksekutif dan legislatif belum memberikan keterwakilan bagi masyarakat secara menyeluruh. Eksekutif jangan cuma merealisasikan program saja dong, berdedikasilah untuk pembangunan masyarakat. Banyak anggaran yang mubazir untuk urusan mubazir. Bapak bapak dan ibu ibu terhormat dibayar dengan bukan uang yang kecil oleh masyarakat. Mengabdilah untuk masyarakat. Pun legislatif, jalankan fungsi legislative sebagai penyambung aspirasi masyarakat, sekaligus pengawas dari eksekutif. Pada intinya, memiliki rasa untuk mewujudkan suatu tatanan masyarakat yang ideal itu sudah menjadi awal yang baik.

8.   Pada konsep bernegara pun demikian. Ayo dong bapak ibu elit politik yang terhormat. Kalian ini sedang disetir oleh pihak asing untuk menghancurkan bangsa ini. Ayo dong mana nasionalisme nya. Sengaja atau tidak disengaja, tahu atau pura pura tidak tahu negara ini dijajah. Ekonomi, sosial, teknologi. Kita terjajah, benar-benar terjajah.

Menurut kami, harapan menciptakan tatanan sosial muncul ketika adanya revolusi mental. Yah, menurut kami itu adalah konsep yang baik. Negara ini memang harus dibangun dari SDM nya. Bentuk negara ini dengan baik, dengan menciptakan generasi ungggul yang bebas dari kepentingan keterpihakan.
Buat lembaga pendidikan nasionalisme dengan ideology membangun bangsa ini. Dari saat lahir sampai siap memberikan kontribusi bagi negara. Generasi dengan ideology Pancasila, mengamalkan sila sila Pancasila.
Kurangi ketergantungan asing. Kita dijajah. Galakkan budaya nasionalisme. Berapa banyak kepemilikan lahan di negara ini yang statusnya dimiliki oleh negara lain. Bayangkan saja, mereka mampu menguasai lahan berhektar hektar di negara ini. mengeksploitasi kekayaan negara ini demi kemajuan negaranya. Menyedihkan. Tidak mengapa kita sementara makan singkong, semabrai menunggu panen nya padi. Kami suka konsep itu. Konsep swasembada.
Lalu berdaasrkan beberapa hasil diskusi di atas, sisi dari tatanan sosial yang kita idam-idamkan? Jawabanya adalah ideology bangsa ini: Masayarakat Pancasila

Mohon masukkan dari kawan-kawan yang sifatnya membangun, ayo memberikan sumbangsih, karena kita peduli.

semoga memberikan kebermanfaatan

#bandarlampung #bandarlampungcreativecity #kotabandarlampung 

Comments

Post a Comment