Foto Ilustrasi: Cenny Mundari |
Senangnya hati ketika beberapa tahun sudah
terselesaikan masa study di kampus. Finnaly
hari ini wisuda. Dengan gagah melangkah bertopikan toga berjubah khas
wisudawan. Tidak ada yang terfikirkan kecuali rasa bersyukur, senang, bangga,
dan banjir ucapan selamat dari rekan dan sanak saudara. Ya itulah wisuda.
Satu hari, dua hari, tiga hari, sampai Seminggu setelah
wisuda, pesona sarjana masih terasa. Sebulan, dua bulan, tiga bulan, kok
sedikit ada sesak di dada. Sudah kerja dimana? Perntanyaan yang mungkin sangat
sering ditanyakan dimana pun kamu berada. Kamu jawab apa?
Ini realita bukan? Anda sudah terlanjur sarjana. Tanggung
jawab moral seorang sarjana sebagai kaum intelektual berfikir, berkata, dan
bertindak secara intelektual. Seorang sarjana dengan pengorbanan materil dan
imateril selama masa kuliah akan selalu dihadapkan pada realita yang sama. Berapa
banyak uang yang telah dikeluarkan untuk dirimu. Berapa banyak waktu yang telah
kau ikhlaskan untuk wisudamu itu. Kemana kamu akan mengabdi setelahnya.
Sudah barang tentu anda anda semua pasti juga
sebenarnya ingin menjawab nya dengan sebuah pembuktian, ini saya sarjana sudah
bekerja di perusahaan A dan B, ini saya sarjana sudah memiliki usaha cabang A
dan B, ini saya sarjana melanjutkan ke jenjang selanjutnya S2, S3.
Tidak perlu takut anak muda, mengabdilah dimana pun
engkau berada. Jalanilah “trah” kamu sebagai manusia yang memiliki kewajiban
dan tanggung jawab harus bekerja dimanapun itu untuk memenuhi kebutuhan. Tidak perlu
mempersempit pandangan dengan menganggap bekerja dalah pekerja, pegawai, karyawan.
Tidak sesempit itu.
Kamu disekolahkan tinggi bukan juga lantas dituntut
untuk menjadi pegawai yang sukses dalam sekejap. Kamu disekolahkan hingga ke
jenjang tinggi supaya itu menjadi bekal, alat, media yang menghantarkanmu
menggapai cita-citamu. Agar pola pikirmu menjadi berubah. Berubah dari yang
sempit menjadi luas, dari yang tidak tahu menjadi tahu, itulah tujuan belajar,
tujuan kamu sekolah.
Kuncinya adalah dirimu. kuncinya adalah cita-citamu. Jikalau
sudah tidak memiliki cita-cita, habis riwayatmu. Tidak usah terlalu takut
melangkah, tidak usah terlalu taut terjatuh. Jaga semangatmu agar tetap terus
ada, agar kamu dapat terus maju.
Lalu, apa yang harus saya katakan pada semua orang
ketika aku belum menjadi apa-apa? Teruslah berusaha raih cita-citamu apapun
itu. Pembuktian adalah jawban, bukan dengan pembelaan. Buktikan kamu bisa. Banyak
orang di dunia ini yang akan terlalu sibuk untuk membuat kamu menjadi gagal. Camkan
itu.
Jangan anggap ini sebagai pembelaan atas nasib yang
kamu alami saat ini. bukan, saya tidak berharap begitu. Pada dasarnya semua
butuh pengorbanan, apapun itu, siapapun itu. Pahami kekuatanmu, kelemahanmu,
peluangmu, hambatanmu, bukankah kamu sudah diajarkan untuk itu.
Jangan sia-siakan waktumu. Hidup ini terlalu singkat. Yang
menanam pasti memanen. Bijaklah dalam apapun. Gunakan bekalmu untuk kamu
bejalan mengarungi hidup. Jangan terlalu sombong untuk berjalan ketika kamu
belum mampu berlari. Jangan terlalu lemah untuk berlari ketika kamu sanggup
untuk berlari.
Persaingan di depan semakin sengit saudaraku. Jangan terlalu
malas untuk menggunakan segenap daya kemampuan yang kamu miliki yang telah kamu
pelajari. Buktikanlah, berikan senyuman pada orang yang telah mendukungmu, katakana
aku bisa pada pencelamu. Sudah seharusnya seperti itu.
Semoga memberikan kebermanfaatan.
#bandarlampung #kotabandarlampung #lampung #inpirasi
#wisuda #sarjana #pengabdian #semangat #indonesia #bandarlampungcreativecityforum
#creative
Comments
Post a Comment